Puisi Kehidupan (Part II)
Tak sempat kuberi judul by aroelzein
Terlalu naif, bila tak pernah berpijak pada airmata
Atau pada sekedar senda dan tawa
Namun, apakah kau sadar
detik yang tak pernah kau hargai terus melaju
Meninggalkan aroma yang bahkan tak pernah kita resapi
Meracuni… menyisihkan sebagian paradigma
Menipiskan kulit ari dan menghentikan sisa-sisa khayal
Aku adalah mimpimu malam tadi
Aku adalah susu dan roti sarapan pagimu
Itu semua bila kau mau mencoba untuk bijak
Aku adalah neraka
Aku adalah jelmaan iblis
Semuanya bisa nyata bila kau tak mengecap nuranimu
Terlalu suci, bila kau tak berani berkubang
Mendandani wajahmu dengan sedikit lumpur
Padahal ini adalah hidup
Padahal ini adalah langkah
Maka lemparkan saja gelisahmu diselokan-selokan
Biarkan hanyut menuju laut
Atau tepikan saja semangatmu di bakau-bakau
dan tersendat-sendat di pengecutmu
Bila aku tak memujamu, tak mencium kakimu
Apakah kau akan menyuguhkan racun
Dan bila aku melantunkan mantera-mantera
Sambil menjilati bokongmu
Kau akan mengucurkan madu dari telingamu
Aku percaya kau tak segila itu
Karena kau kuanggap masih manusia
Lihatlah, hari masih belum begitu senja
Masih ada kesempatan bila kau mau keramas
Dan merontokkan daki dengan lulur
Sama seperti aku yang mencoba berwudhu
Bukankah masih ada sisa waktu Ashar..??
Mengapa masih diam….??
Belumkah cukup doktrin pak kyai siang tadi
Sesaat setelah kau meraung-raung histeris
Hanya karena kuku kesayanganmu patah
Aku adalah cinta
Aku adalah airmata
Aku adalah luka
Aku adalah darah
Maka pahami dan nikmati aku seadanya……. Martapura250304