By Abu Zein. Powered by Blogger.

20111201

Ilahi... (Sepercik dari jiwa yang tak memiliki jiwa)


Ilahi…

Aku fakir didalam kekayaanku, bagaimana mungkin aku tidak fakir didalam kefakiranku
Aku bodoh di pengetahuanku, bagaimana aku tidak bodoh di kebodohanku
Ilahi…
Berbeda-berbeda pengaturan-Mu, dan cepatnya perobahan takdir-Mu, mencegah orang-orang yang ‘Arif dengan-Mu dari merasa permanen dengan pemberian-Mu dan berputus asa dari rahmat-Mu, saat datangnya ujian-Mu
Ilahi…
Semua yang berasal dariku pantas untuk menerima celaan
Semua yang datang dari-Mu memang sepantasnya, dengan kepemurahan-Mu
Ilahi…
Engkau mensifati diri-Mu dengan sifat lembut dan penyayang, sebelum Kau ciptakan aku dengan segala kelemahanku
Apakah sesudah Kau ciptakan aku, Kau menahanku untuk merasakan sifat-Mu itu?
Jika ada kebaikan padaku, maka itu adalah karunia-Mu, dan Kau berhak mengakui itu
Jika kejahatan terbit dariku, maka dengan keadilan-Mu, Kau memiliki hujjah dan argumentasi atasku
Ilahi…
Apakah Kau akan memalingkan aku kepada selain-Mu
Sedangkan Engkau sudah menanggung semua bebanku
Mungkinkah Engkau akan zhalim kepadaku, sedangkan Engkau satu-satunya penolongku
Adakah Engkau menahanku dari menerima kebaikan-Mu
Sedangkan Engkau satu-satunya yang berkuasa atasku
Inilah aku, bertawassul dengan kefakiranku kepada-Mu
Namun, bagaimana mungkin aku bertawassul dengan sesuatu yang mustahil bisa membawaku kepada-Mu
Pantaskah bila aku mengadu kepada-Mu, sedangkan keadaanku nampak jelas dihadapan-Mu
Pantaskah bila aku menterjemahkan bahasa batinku dengan lisanku, sementara lisan-Ku adalah ciptaan-Mu
Pantaskah bila aku mengadukan keinginan dan hajatku
Sementara semuanya pasti mengalir menuju kemurahan-Mu
Bagaimana keadaanku tidak menjadi baik, sedangkan semuanya ada dengan-Mu dan kepada-Mu
Ilahi…
Alangkah Maha Lembutnya Engkau
Betapa bodohnya aku
Alangkah Maha Penyayangnya Engkau
Betapa jahatnya perbuatanku
Ilahi…
Alangkah dekatnya Engkau denganku, alangkah jauhnya aku dari-Mu
Alangkah Penyayangnya Engkau, maka apa lagi yang menghijabku dari-Mu
Ilahi…
Aku telah mengerti arti perobahan dan perkembangan semesta ini
Kehendak-Mu adalah agar aku mengenal-Mu di setiap sesuatu, tidak jahil tentang-Mu di setiap sesuatu
Ilahi…
Setiap kali sifat burukku membuat lidahku kelu untuk mengadu kepada-Mu
Setiap itu pula kepemurahan-Mu membuatku mampu mengadu
Setiap kali sifat burukku membuat rasa pesimis terhadap-Mu
Setiap itu pula karunia-Mu membangkitkan optimisku kepada-Mu
Ilahi…
Hukum-Mu yang berlaku, kehendak-Mu yang berkuasa, tidak menyisakan sedikitpun ruang bagi keberadaan dan pendapat selain-Mu
Ilahi..
Berapa banyak ketaatan yang aku bangun, keadaan baik yang aku jalani
Ternyata, keadilan-Mu datang meruntuhkan peganganku kepada semuanya, bahkan karunia-Mu membawaku lari dari semuanya
Ilahi…
Engkau Maha Tahu
Meskipun kepatuhanku kepada-Mu tidak kontinyu, namun cita-cita dan cintaku kepada-Mu terus berkobar
Ilahi…
Bagaimana mungkin aku memiliki cita-cita, sedangkan semuanya dalam kuasa-Mu
Namun, haruskah aku tidak memiliki keinginan untuk selalu baik, sementara Engkau menyuruhku melakukan itu
Ilahi…
Bagaimana mungkin aku minta petunjuk kepada yang lain, sedangkan semuanya berhajat kepada-Mu
Adakah ruang bagi selain-Mu menampakkan diri, sehingga ia bisa membuat-Mu tampak?
Pernahkah Engkau hilang, sehingga aku perlu penunjuk jalan kepada-Mu?
Pernahkah Engkau jauh, sehingga ada yang bisa mengantarkanku menuju Engkau?
Ilahi…
Mata yang tidak memandang-Mu sangat dekat, hanyalah mata yang buta..!!
Transaksi yang tidak menjadikan cinta-Mu sebagai obyek, adalah transaksi yang merugikan..!!
Ilahi…
Inilah kehinaanku; nampak jelas di depan-Mu
Inilah keadaanku; tidak samar lagi bagi-Mu
Dari-Mu aku mengharapkan sampai menuju Engkau
Dengan-Mu aku minta petunjuk atas-Mu
Bukan dengan selain-Mu..!
Berilah aku hidayah dengan nur-Mu, menuju kepada-Mu
Tetapkan aku di posisi kehambaanku, dihadapan-Mu
Ilahi…
Buatlah aku merasa cukup dengan pengaturan-Mu, dari pengaturanku
Merasa nyaman dengan pilihan-Mu, dari pilihanku
Keluarkan aku dari kehinaan diriku
Sucikan aku dari keragu-raguan dan syirikku
Hanya pada-Mu aku memohon pertolongan, maka tolonglah aku
Hanya padamu aku menyerahkan semuanya
Maka jangan kau serahkan kepada selain-Mu
Hanya pada-Mu aku meminta
Mohon, jangan sia-siakan harapanku
Hanya karunia-Mu yang aku inginkan
Mohon, jangan kau tahan aku darinya
Didekat-Mu aku menisbahkan diri
Janganlah Kau jauhkan aku
Di pintu-Mu aku meratap
Janganlah Kau usir aku
Ilahi…
Keridhaan-Mu bersih dari segala alasan dari-Mu
Bagaimana mungkin ada alasan dariku untuk bisa mencapainya
Engkau Maha Kaya dengan dzat-Mu dari menerima manfaat
Bagaimana mungkin Engkau memerlukan aku
Ilahi…
Keputusan dan kehendak-Mu telah mengalahkan aku
Hawa nafsu menawanku
Aku berharap Engkau satu-satunya yang membantuku
Sehingga Engkau menolongku untuk membebaskan diri dan membebaskan hamba-Mu yang lain
Kaya-kan aku hanya dengan karunia-Mu, sehingga aku merasa cukup dengan-Mu, bahkan dari segala tuntutanku
Engkau yang menerbitkan cahaya dihati wali-wali-Mu
Engkau yang menghilangkan segala sesuatu selain-Mu di hati kekasih-kekasih-Mu
Engkau yang memberi ketenangan kepada mereka, disaat semesta ini menakut-nakuti
Engkau yang memberi hidayah kepada mereka, sehingga nampak jelas segala hakikat dihadapan mereka
Tidak berharga semua yang didapatkan orang yang kehilangan-Mu
Tidak bernilai semua yang hilang dari orang yang telah mendapatkan-Mu
Sungguh.. sangatlah rugi orang yang merasa senang dengan selain-Mu
Sungguh.. sangatlah rugi orang yang berpindah dari depan pintu-Mu
Bagaimana bisa berharap kepada selain-Mu, sementara kebaikan-Mu tidak pernah terhenti
Bagaimana bisa meminta kepada selain-Mu, sedangkan kebiasaan-Mu untuk selalu memberi tidak pernah terganti
Wahai Yang Mengecapkan Rasa Manis “Kedekatan” dihati kekasih-kekasih-Nya
Sehingga mereka berdiri mengadukan diri dihadapan-Nya
Wahai Yang Memakaikan kharisma kepada wali-wali-Nya
Sehingga mereka berdiri dengan kemuliaan dan kemegahan-Nya
Engkau Yang Maha Mengingat sebelum ahli dzikr berdzikir
Engkau yang Memulai dengan kebaikan, sebelum ahli ibadah beribadah
Engkau Yang Maha Pemurah dengan pemberian, sebelum ahli do’a meminta
Engkau yang memberikan semua nikmat
kemudian saat kami membagi-bagi nikmat itu, Engkau memberikan pahala kepada kami
Ilahi..
Panggil aku dengan rahmat-Mu, sehingga aku bisa sampai kepada-Mu
Tarik aku dengan nikmat-Mu, sehingga aku bisa menghadap kepada-Mu
Ilahi..
Harapanku kepada-Mu tak pernah putus, meskipun aku maksiat kepada-Mu
Rasa takutku senantiasa ada, meski aku didalam taat-Mu
Ilahi..
Semesta ini melemparkan aku kepada-Mu
Ilmuku memenghentikan aku di Pemurah-Mu
Ilahi..
Bagaimana mungkin aku tersia-siakan, sedangkan Engkau cita-citaku
Bagaimana mungkin aku terhinakan, sedangkan Engkau tempatku berpegang
Bagaimana mungkin aku merasa mulia, sementara kau telah memenjaranku di kehinaan
Namun, bagaimana aku tidak merasa terhormat, bukankah Engkau telah menisbahkan aku kepada-Mu?
Ilahi..
Bagaimana aku tidak merasa berhajat kepada-Mu, sedangkan Engkau telah menetapkan aku di kefakiran
Namun, bagaimana mungkin aku berhajat kepada selain-Mu, bukankah Engkau dengan ke Pemurahan-Mu membuatku merasa cukup hanya dengan-Mu
Engkau-lah Tuhan yang tiada tuhan selain-Mu
Engkau telah memperkenalkan diri kepada segala sesuatu, sehingga semuanya mengenal-Mu
Engkau telah memperkenalkan diri kepadaku disetiap sesuatu
Sehingga aku melihat-Mu nampak disetiap sesuatu
Engkau nampak bagi setiap sesuatu
Bagaimana mungkin Engkau tersamar, bukankah Engkau Maha Tampak
Bagaimana mungkin Engkau gaib, bukankah Engkau Maha Dekat…

By Hikam Ibn ‘Athaillah 
(Memandang sesuatu yang tak tampak sambil membutakan mata dari sesuatu yang nampak, sebuah kejelasan dalam abstraksionis, sebuah senandung dalam keheningan, sebuah nilai diketidakberhargaan, sebuah keinginan di penyerahan total; sebuah ambivalensi symphoni hidup, di jiwa yang tak bisa tersentuh logika, satu sisi dari aku yang tak pernah kumengerti…)
Terimakasih kepada Abah Guru, yang telah merobek ke“aku”anku dihadapanku.
Kepada Ibn ‘Athaillah as-Sakandary, Ahlan wa Sahlan…….
Kepada seseorang yang selalu ada dimanapun aku menghirup napas, semoga selalu baqa ‘ di hadapan-Nya, fana’ di wujud-Nya…. Terimakasih…..
Karena damai yang sebenarnya adalah damai yang tidak berseberangan dengan kegundahan
Karena cinta yang sebenarnya adalah cinta yang tidak bermusuhan dengan kebencian
Karena hidup yang sebenarnya adalah hidup yang tidak bertemu dengan kematian
Karena hamba yang sebenarnya adalah hamba yang “lenyap” didalam Tuhan

Martapura, Minggu 22-01-06

0 komentar:

About This Blog

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP