By Abu Zein. Powered by Blogger.

20110321

Berani Mengambil Keputusan

Puluhan tahun silam, ketika itu intan masih menjadi komoditi andalan kota kita, Martapura. Tak sedikit manusia yang menjadi kaya berkat batu ”keramat” tersebut. Mulai dari mendulang, menggosok hingga berbisnis, semuanya menjajikan hasil yang memuaskan.
Saat itu, di Martapura hiduplah satu keluarga miskin, jangankan memiliki fasilitas hidup, untuk makan saja susah. Sebuah keluarga yang dikepalai seorang ayah, beranggotakan seorang ibu, dua orang anak; laki-laki dan perempuan.
Anak laki-laki yang merupakan anak sulung keluarga tersebut bersekolah di Pondok Pesantren Darussalam, pesantren tertua di Kalimantan.
Suatu hari, demi melihat kehidupan yang susah, terbesit dalam fikiran sang ayah agar anak sulungnya tersebut selain menuntut ilmu di sekolah, juga belajar menggosok intan, sebagai bekal menghadapi hidup kelak. Bukankah hidup perlu nafkah? Dan itu kita mesti memiliki usaha, setidaknya sebuah keahlian yang nanti bisa diandalkan?
Singkat cerita, sang ayah meminta saran kepada iparnya yang merupakan paman dari anaknya tersebut. Apa kata sang paman? Otak anak kecil itu seperti mulut botol, tak bisa dijejali sekaligus, mesti satu persatu bila kita ingin memasukkan sesuatu. Jadi, tanyakan dahulu kepada yang bersangkutan, jalan mana yang ingin ia tempuh, kalau memang ingin menjadi pengusaha, belajar saja berusaha dari sekarang. Namun, bila ingin menjadi seorang ulama, fokuskan diri untuk meraihnya, jangan memikirkan yang lain.
Dan apa keputusan sang anak yang masih kecil tersebut? Sebuah pilihan yang sulit kini menghadangnya. Jalan hidupnya tiba disebuah persimpangan dan ia harus memutuskan. Bila terus menuntut ilmu, artinya siap hidup seadanya, dalam kemiskinan. Bila belajar menggosok intan, harapan untuk mendapatkan uang jelas terbayang.
Akhirnya, sang anak memutuskan untuk terus menuntut ilmu. Untuk itu ia bertanggungjawab agar terus konsisten menjalani keputusannya, mesti berbagai ujian dan cobaan datang menerpa.
Tahukah anda siapa anak tersebut? Bagaimana nasib hidupnya kelak? Anak tersebut tak lain adalah orang yang sering kita sebut dengan panggilan “Abah Guru”. Ya, beliau adalah Abah Guru Sekumpul, yang namanya dikenal hingga ke manca negara. Beliau telah membuat sebuah keputusan dan konsisten dengan keputusan tersebut. Keputusan itulah yang akhirnya membawa beliau menjadi seperti yang kita kenal.
Bayangkan andai waktu itu beliau memutuskan untuk menjadi seorang penggosok Intan. Mungkin saja beliau akhirnya menjadi seorang saudagar intan, atau pengusaha berlian yang kaya raya. Akan tetapi kita tidak pernah memiliki seorang “Abah Guru”.
Dalam hidup, kita sering dihadapkan dengan berbagai pilihan, dimana kita harus memutuskan. Ingat, keputusan anda hari ini akan berpengaruh besar bagi kehidupan anda besok. Berani mengambil keputusan untuk memilih, berani menjalani pilihan meski ujian dan cobaan menghadang, berani bertanggungjawab dengan segala risikonya; Itulah rahasia meraih sukses!

0 komentar:

About This Blog

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP